Selasa, 13 Desember 2011

Kepada engkau sii Pemilik Tulang Rusuk yang Bengkok ini



Kepadamu yang akan menjadi pendampingku kelak...
Terimakasih karena telah memilihku di antara ribuan bidadari di luar sana yang siap untuk kau pilih...
Padahal kau begitu tahu, aku hanya wanita biasa, yg sangat jauh dari sempurna.

Karenanya ku ingin kau tahu, aku bukan wanita yang sempurna, aku begitu banyak kekurangan. Maka ketahuilah...

Kepadamu yang akan memilihku kelak...

Aku tak sebijak bunda khadijah,
karenanya ku ingin kau tahu, aku bisa saja berbuat salah dan begitu menyebalkan. Maka ku mohon padamu, bijaklah dalam menghadapiku, jangan marah padaku, nasihati aku dengan hikmah, karena bagiku kaulah pemimpinku, tak akan berani ku membangkang padamu...

Duhai kau yang telah memilihku kelak..

Ingatlah, tak selamanya aku dapat tampak cantik di matamu, ada kalanya aku akan begitu kusam dan jelek. Mungkin karena aku begitu sibuk berjibaku di dapur, menyiapkan makan untuk kau dan malaikat-malaikat kita nanti –insya’Allah-. Maka aku akan tampak kotor dan berbau asap. Atau karena seharian ku harus membenahi istana kecil kita, agar kau dan malaikat kita dapat tinggal dengan nyaman dan sehat. Maka mungkin aku tak sempat berdandan untuk menyambutmu sepulang bekerja...

Ataukah kau akan menemukanku terkantuk kantuk saat mendengar keluhan dan ceritamu, bukan karena aku tak suka menjadi tempatmu menumpahkan segala rasamu, tapi karena semalam saat kau tertidur dengan nyenyak, aku tak sedetikpun tertidur karena harus menjaga malaikat kecil kita yang sedang rewel, dan ku tau kau letih mengais rezeki untuk kami maka tak ingin ku mengusik sedikit pun lelapmu...

Jadi jika esok pagi kau mendapatiku begitu letih dan ada lingkaran hitam di mataku, maka tetaplah tersenyum padaku, karena kau adalah kekuatanku...

Padamu yang menjadi nahkoda dalam hidupku kelak...

Ketahuilah, aku tak sesabar Fatimah, ada kalanya kau akan menemukanku begitu marah. . .
menangis . . .
dan tak terkontrol . . . ,
bukan karena ku membangkang padamu, tapi aku hanya wanita biasa, aku juga butuh tempat untuk menumpahkan beban di hatiku, tempat untuk melepaskan penatku, dan mungkin saat itu aku tak menemukanmu, atau kau begitu sibuk dengan pekerjaanmu, maka bersabarlah, yang ku butuhkan hanya pelukan dan belaianmu...

Karena bagiku kau adalah tetesan embun yang mampu memadamkan segala resahku..

Ataukah ada kalanya tanganku akan mencubit dan memukul pelan si kecil karena lelah dan penatku di tambh rengekannya yang tak habis-habisnya. Sungguh bukan karena ku ingin menyakitinya, tapi kadang aku kehabisan cara untuk menenangkan hatinya. Maka jangan membentakku karena telah menyakiti buah hati kita, tapi cukup kau usap kepalaku, dan bisikkan kata sayang di telingaku, karena dengan itu ku tau kau selalu menghargai semua yang ku lakukan untuk kalian, dan kau akan menemukanku menangis menyesali perlakuanku pada malaikat kita, dan aku akan merasakan ribuan kali rasa sakit dari cubitan yang ku berikan padanya, dan aku akan berjanji tak akan mengulanginya lagi...

Padamu yang menjadi imam dalam hidupku kelak..
Ketahuilah, aku tak secerdas Aisyah...
Maka jangan pernah bosan mengajariku, membimbingku ke arah-Nya, walau kadang aku begitu bebal dan bodoh, tapi jangan pernah letih mengajariku...

Jangan segan membangunkanku di sepertiga malam untuk bersamamu bermunajat pada Kekasih yang Maha Kasih...
Jangan letih mengingatkanku untuk terus bersamamu mendulang pahala dalam amalan-amalan sunnah...
Bimbing tanganku ke JannahNya, agar kau dan aku tetap bersatu di dalamnya.

Padamu yang menjadi kekasih hati dan teman dalam hidupku..

Seiring berjalannya waktu, kau akan menemukan rambutku yang dulu hitam legam dan indah, akan menipis dan memutih. Kulitku yang bersih akan mulai keriput. Tanganku yang halus akan menjadi kasar... Dan kau tak akan menemukanku sebagai wanita cantik, yang kau khitbah puluhan tahun yang lalu...

Bukan wanita muda yang selalu menyenangkan matamu...
Maka jangan pernah berpaling dariku..

Karena satu yang tak pernah berubah, bahkan sejak dulu akan terus bertambah dan kian membuncah, yaitu rasa cintaku padamu..

Ketahuilah...

Tiap harinya, tiap jam, menit dan detiknya, telah aku lewati dengan selalu jatuh cinta padamu...
Maka, cintailah aku, dengan apa adanya aku..
Jangan berharap aku menjadi wanita sempurna...
Maafkan aku karena aku bukan putri...
Aku hanya wanita biasa...


sumber: http://www.oaseimani.com/

Minggu, 11 Desember 2011

Kebetulan tak berlaku dalam ISLAM


Bismillah,

Kita seringkali menyebut kata “Kebetulan” sebagai ungkapan untuk sesuatu hal yg tidak disangka-sangka. Misalnya, kita sedang berjalan-jalan, lalu saat melewati sebuah gang, kita menemukan uang sebesar Rp 100 ribu di jalan. Kita anggap hal itu sebagai kebetulan.

Contoh lain, Irham bertemu dengan Malika dalam sebuah pengajian. Selanjutnya mereka menikah dan bahagia hingga akhir hayat. Pertemuan keduanya, seringkali disebut sebagai kebetulan.
contoh lain.. ketika komputerku error kemudian ada sms dari seseorang yang sedang study di teknik informatika, kemudian dialah yang menyelamatkan komputerku..

Atau anda bisa menyaksikan film “Serendipity”, yg menampilkan begitu banyak ‘kebetulan’ dalam adegan-adegannya.

Nah, bagaimana tanggapan Islam terhadap ‘Kebetulan’ ini?

Islam jelas-jelas MENOLAK peristiwa kebetulan ini!

Mari kita simak ayat ALLOH SWT berikut,“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al Baqarah(2):255 - Ayat Kursi)

Lalu perhatikan juga ayat berikut,“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz).“ (Al An’aam(6):59)

Kemudian, mari kita simak lagi sifat ALLOH SWT, Ilmu (Maha Mengetahui), Sama’ (Maha Mendengar), Bashar (Maha Melihat), ‘Aliman (Dzat Yang Maha Mengetahui), Sami’an (Dzat Yang Maha Mendengar), Bashiran (Dzat Yang Maha Melihat).

Apabila kita pikirkan dan renungkan ayat-ayat dan sifat-sifat ALLOH SWT tersebut, maka jelaslah, bahwa Islam MENOLAK SAMA SEKALI kata kebetulan!

Dalam contoh pertama, ALLOH SWT sudah menetapkan rejeki bagi kita, dengan ‘menyediakan’ Rp 100 ribu di gang. Dan ALLOH SWT sudah tahu bahwa kita akan melewati gang tersebut.

Sementara untuk contoh kedua, jodoh sudah ditentukan ALLOH SWT. Adapun bagaimana mereka bertemu, itu adalah kuasa-Nya dalam menentukan.

Sebuah pernyataan yg menurut saya malah cenderung ‘melecehkan’ keberadaan Sang Khalik pernah saya temui saat kuliah. Dalam sebuah mata kuliah, dosen saya menjelaskan bahwa seorang ilmuwan terkenal menyatakan bahwa Tuhan BERMAIN DADU saat menciptakan dunia. Namun dosen saya tersebut juga menjelaskan ada ilmuwan yg menentang teori bermain dadu tersebut! Terus terang, sebagai seorang Muslim, saya tersinggung dengan pernyataan “bermain dadu” tersebut. Namun, ketersinggungan tersebut akhirnya saya ‘putar’ menjadi keprihatinan, saya malah kasihan dengan ilmuwan tersebut, karena terlalu mengedepankan akalnya. Bahkan malah menjadikan sosok Tuhan sebagai seorang penjudi, yg melempar dadu demi menentukan nasib/tindakan dia selanjutnya. Sebaliknya, terhadap ilmuwan yg menentangnya, saya melihat bahwa ilmuwan tersebut masih mendapatkan pencerahan dari-Nya.

Tentu saja, ini bukan berarti membuat kita menjadi tidak bergairah menghadapi hidup atau lantas ‘menyalahkan’ ALLOH SWT.

“Ah, saya sih gimana ALLOH SWT saja…toh semuanya sudah tertulis di sana…”
“Aduh, kami itu miskin karena sudah nasib kami. Gusti ALLOH memang menakdirkan demikian.”
“Buat apa belajar? Toh, nilai gw sudah ditentukan ALLOH kan?”

Itu jelas pernyataan2 yg salah dan tidak bertanggung jawab! ALLOH SWT tetap menyuruh kita, hamba-Nya, untuk berusaha sebelum akhirnya DIA menetapkan hasil yg didapat hamba-Nya. Mari kita lihat ayat yang menjadi ‘favorit’ saya,“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar Ra’du(13):11)

Nampak nyata bahwa ALLOH SWT tidak akan mengubah nasib hamba-Nya, kecuali mereka sendiri berikhtiar untuk itu.

Jadi, mari kita berikhtiar dengan sebaik-baik ikhtiar yang bisa kita lakukan!