Ketika kecil ,
impian menjadi dokter adalah cita-cita yang selalu ada di benak ku…
Menjadi
perantara ALLAH untuk menyembuhkan kesakitan orang, menambal luka yang
menganga, mengembalikan senyum karena tangis kesakitan…
Seperti halnya
bu DINA, dokter gigi yang aku kenal September tahun lalu, awal aku bertemu
dengannya sama sekali tak ada senyum di wajahku, tak terbayangkan sakit gigi
yang aku alami, lubang yang menganga di gigi geraham bawah sebelah kiri, tapi
bu dina dengan sabar dan senyum manis nya memeriksa keadaan gigi ku yang tumbuh
dengan posisi tak normal.
Bu dina
menyarankan aku untuk menyabut saja gigi yang bermasalah itu, karena memang
sudah tak ada fungsinya dan tak ada gunanya di pertahankan. Tapi aku yang
sedang menahan rasa sakit, tak berani mengambil keputusan untuk menyabut gigi.
Dan aku memilih untuk bertahan. Akhirnya bu Dina menambal gigi ku dengan
tambalan sementara untuk sekedar meredakan rasa sakit yang sudah sampai syaraf.
Di akhir proses menambal, rasa sakit itu tak kuasa aku tahan. Dan akhirnya aku
menangis di depan bu dina. Dan dengan senyum seperti malaikat berbaju putih dia
berkata “besok juga sembuh kok, obatnya diminum yaaa”
Benar kata bu
dina, obat yang diberikan seketika memang meredakan rasa sakit. Satu minggu
kemudian bu dina menghubungiku untuk memeriksa kondisi tambalan sementara pada
gigiku, tapi dengan sombongnya karena sudah tak merasa sakit, aku tak
menghiraukan kata-katanya. Sampai pada akhirnya 2 minggu yang lalu. Tambalan
sementara pada gigi ku lepas dan menghasilkan lubang besar yang menganga, dan
bisa dibayangkan rasa sakit luar biasa itu muncul lagiiiiiii…………….
Aku kembali
mendatangi bu dina dengan tetap menahan rasa sakit. Bu dina berkali-kali
menyarankan untuk mencabut saja gigi ini, dan aku yang tetep keukeh mempertahankannya.
Mempertahankan sesuatu yang menyebabkan rasa sakit tak tertahankan.
Mempertahankan sesuatu yang tak ada fungsinya. Sesungguhnya apa yang aku
pertahankan???
Yaaa… aku hanya
mengulur waktu… bertahan , sampai biaya itu terkumpul. Ini bukan pencabutan
gigi biasa, ini oprasi kecil yang memakan biaya hingga tujuh digit.
Dan akhirnya,
aku meminta bu dina untuk menambal lubang itu lagi.
Sampai hari ini
, aku berharap tak akan bertemu dengan bu dina lagi. karena aku berharap rasa
sakit itu tak akan muncul lagi dan lubang itu tak lagi menganga…..
Masihkah aku
bermimpi menjadi dokter?? Seperti bu Dina????
Yang hanya di
datangi ketika ada rasa sakit, yang hanya di kunjungi untuk menambal lubang
kesakitan yang menganga…
Yang kemudian
ketika rasa sakit itu pergi, dan lubang kesakitan itu tertutup, dilupakan
begitu saja.
Yah…
Aku sudah pernah
menjadi seperti bu dina…
Yang hanya di
datangi ketika ada rasa sakit, yang hanya di kunjungi untuk menambal lubang
kesakitan yang menganga…
Yang kemudian
ketika rasa sakit itu pergi, dan lubang kesakitan itu tertutup, dilupakan
begitu saja.
Meskipun bukan
tentang kasus gigi, tapi ini dengan rasa yang sama….
Dan aku juga
berharap seperti apa yang di rasakan bu dina…
“Lekaslah
sembuh, karena aku tak ingin menjadi tempatmu untuk kembali, kembali menambal
lubang yang menganga”
Berarti secara
tidak langsung, aku sudah pernah menjadi dokter??
Terima kasih
Tuhan,
Siang tadi….
Air mata ini
mengalir begitu saja ketika melihat senyum itu
Apa arti air
mata ini??? Nangis bangga?? Nangis haru?? Atau nangis miris??
Entahlah
Flash back,
kenangan bersama dia , si cantik yang pernah datang dalam keadaan kesakitan
Datang dengan
lubang hati yang menganga
Datang dengan
sesenggukan,
Datang dengan
mata sendu tak ada gairah….
Tapi kini dia
sudah sembuh, tak ada lagi gurat kesakitan… walau aku tahu dia juga
mempertahankan sesuatu yang sewaktu-waktu mengembalikan rasa sakit luar biasa,
mempertahankan sesuatu yang sudah tak ada fungsinya…
Sama seperti
halnya aku yang mempertahankan gigi geraham bawah sebelah kiri…
Sama-sama
bertahan lagi…. dalam waktu yang tidak di tentukan
Cepat atau
lambat sesuatu yang menyebabkan rasa sakit ini harus segera di cabut , di buang
dan diganti dengan yang baru…