Minggu, 11 Desember 2011

Kebetulan tak berlaku dalam ISLAM


Bismillah,

Kita seringkali menyebut kata “Kebetulan” sebagai ungkapan untuk sesuatu hal yg tidak disangka-sangka. Misalnya, kita sedang berjalan-jalan, lalu saat melewati sebuah gang, kita menemukan uang sebesar Rp 100 ribu di jalan. Kita anggap hal itu sebagai kebetulan.

Contoh lain, Irham bertemu dengan Malika dalam sebuah pengajian. Selanjutnya mereka menikah dan bahagia hingga akhir hayat. Pertemuan keduanya, seringkali disebut sebagai kebetulan.
contoh lain.. ketika komputerku error kemudian ada sms dari seseorang yang sedang study di teknik informatika, kemudian dialah yang menyelamatkan komputerku..

Atau anda bisa menyaksikan film “Serendipity”, yg menampilkan begitu banyak ‘kebetulan’ dalam adegan-adegannya.

Nah, bagaimana tanggapan Islam terhadap ‘Kebetulan’ ini?

Islam jelas-jelas MENOLAK peristiwa kebetulan ini!

Mari kita simak ayat ALLOH SWT berikut,“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al Baqarah(2):255 - Ayat Kursi)

Lalu perhatikan juga ayat berikut,“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz).“ (Al An’aam(6):59)

Kemudian, mari kita simak lagi sifat ALLOH SWT, Ilmu (Maha Mengetahui), Sama’ (Maha Mendengar), Bashar (Maha Melihat), ‘Aliman (Dzat Yang Maha Mengetahui), Sami’an (Dzat Yang Maha Mendengar), Bashiran (Dzat Yang Maha Melihat).

Apabila kita pikirkan dan renungkan ayat-ayat dan sifat-sifat ALLOH SWT tersebut, maka jelaslah, bahwa Islam MENOLAK SAMA SEKALI kata kebetulan!

Dalam contoh pertama, ALLOH SWT sudah menetapkan rejeki bagi kita, dengan ‘menyediakan’ Rp 100 ribu di gang. Dan ALLOH SWT sudah tahu bahwa kita akan melewati gang tersebut.

Sementara untuk contoh kedua, jodoh sudah ditentukan ALLOH SWT. Adapun bagaimana mereka bertemu, itu adalah kuasa-Nya dalam menentukan.

Sebuah pernyataan yg menurut saya malah cenderung ‘melecehkan’ keberadaan Sang Khalik pernah saya temui saat kuliah. Dalam sebuah mata kuliah, dosen saya menjelaskan bahwa seorang ilmuwan terkenal menyatakan bahwa Tuhan BERMAIN DADU saat menciptakan dunia. Namun dosen saya tersebut juga menjelaskan ada ilmuwan yg menentang teori bermain dadu tersebut! Terus terang, sebagai seorang Muslim, saya tersinggung dengan pernyataan “bermain dadu” tersebut. Namun, ketersinggungan tersebut akhirnya saya ‘putar’ menjadi keprihatinan, saya malah kasihan dengan ilmuwan tersebut, karena terlalu mengedepankan akalnya. Bahkan malah menjadikan sosok Tuhan sebagai seorang penjudi, yg melempar dadu demi menentukan nasib/tindakan dia selanjutnya. Sebaliknya, terhadap ilmuwan yg menentangnya, saya melihat bahwa ilmuwan tersebut masih mendapatkan pencerahan dari-Nya.

Tentu saja, ini bukan berarti membuat kita menjadi tidak bergairah menghadapi hidup atau lantas ‘menyalahkan’ ALLOH SWT.

“Ah, saya sih gimana ALLOH SWT saja…toh semuanya sudah tertulis di sana…”
“Aduh, kami itu miskin karena sudah nasib kami. Gusti ALLOH memang menakdirkan demikian.”
“Buat apa belajar? Toh, nilai gw sudah ditentukan ALLOH kan?”

Itu jelas pernyataan2 yg salah dan tidak bertanggung jawab! ALLOH SWT tetap menyuruh kita, hamba-Nya, untuk berusaha sebelum akhirnya DIA menetapkan hasil yg didapat hamba-Nya. Mari kita lihat ayat yang menjadi ‘favorit’ saya,“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar Ra’du(13):11)

Nampak nyata bahwa ALLOH SWT tidak akan mengubah nasib hamba-Nya, kecuali mereka sendiri berikhtiar untuk itu.

Jadi, mari kita berikhtiar dengan sebaik-baik ikhtiar yang bisa kita lakukan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar