Senin, 16 Mei 2011

Kita Sedang Sekarat

Harus bagaimana aku menyampaikan keluhan ini pada mereka yang berada di tempat itu lebih dulu dari pada aku..
Menggunakan bahasa seperti apa aku harus mengatakan bahwa kita semua sebenarnya dalam masa kritis..
3 hari terakhir aku selalu mendengar “mbak, disana ga ada gurunya..” dari anak yang berbeda dan tempat yang berbeda.. dan akupun tak dapat berbuat banyak.. yang aku lakukan hanya memberikan rasa aman bahwa mereka tak kan sia-sia datang ke tempat menuntut ilmu ini... terkadang aku juga merasa menyesal, kenapa di usiaku yang segini tuanya aku belum menguasai ilmu agamaku, sehingga aku tak dapat memberikan banyak tentang ilmu agama kepada mereka..
Namun disisi lain, mereka yang notabennya punya lebih banyak ilmu dari pada aku, malah terlalu sibuk dengan urusan masing-masing...
Selalu aku mencoba untuk berbaik sangka tentang ketidak hadiran mereka,, tapi aku juga punya status yang sama dengan mereka,, tempatku menuntut ilmu juga lebih jauh,,aku juga punya kegiatan lain diluar itu untuk mendukung perekonomian pribadiku,, namun aku selalu berusaha untuk meluangkan sedikit waktuku untuk bisa bercengkerama dengan anak-anak,,,
Bukan karena uang(uang jajan 300rb/bln sudah lebih dari cukup untukku, dan aku juga masih punya cadangan penghasilan yang lain yang lebih besar)
Bukan karena ingin cari perhatian(dengan siapa aku mau cari perhatian, sedang orang yang selama ini mencuri perhatianku telah kembali ke habitat asalnya)
Bukan karena ingin pamer ilmu(apa yang dapat aku banggakan dari diriku, sedang membaca kitab ini aku belum fasih,ilmu tentang agama juga tak seberapa),
Bukan karena ingin dianggap sok pahlawan(karena sesungguhnya aku juga punya niatan untuk mengedepankan egoisku, dengan alasan ada kuliah aku bisa dengan mudah tak datang kesana dan jika aku melakukan itu dengen penuh kesadaran itu sama saja MEMPERKERUH AIR YANG SUDAH KERUH)
Aku belum pantas dipanggil seperti anak-anak memanggil mereka, aku belum punya ilmu yang memadai, aku sedang berusaha agar aku pantas dipanggil seperti anak-anak memanggil mereka, aku juga seorang mahasiswa, dan aku juga seorang remaja yang sedang tumbuh dewasa yang juga mempunyai rasa egois seperti anak muda lainnya.
Hanya naluri kasihan dan tidak tega melihat anak-anak yang sudah dengan semangat ingin menimba ilmu tapi mereka dikecewakan dengan ketidak hadiran orang yang mereka sebut ustadz/ah...
Karena aku juga akan kecewa jika aku sudah jauh2 datang ke kampus dengan semangat tinggi (mosok............) sudah meluangkan waktu dan bensin, tetapi dosen yang ditunggu-tunggu tak juga datang... dan aku yakin pasti mereka juga akan merasakan hal yang sama denganku...
Apa mungkin karena uang??? Ya... terkadang uang juga bisa bicara... tapi pahala yang mereka terima jauuuuuuuuuuhhhhhhh lebih banyak dari uang yang diharapkan. Bukankah dalam hadis sudah terlampau jelas?? “Barang siapa yang mengajarkan ilmu maka baginya pahala (sebesar pahala) orang yang mengerjakan amalan (dari ilmu tersebut) tanpa mengurangi pahala orang yang mengerjakanya” (HR Ibnu Majah dan dihasankan oleh Al Bani) dan dalam hadis lain juga ditegaskan bahwa “Sesungguhnya Allah,para malaikat,isi langit dan bumi hingga semut di dalam lubang dan ikan dilaut, semuanya berdoa dan semuanya mendoakan kepada orang yang mengajar manusia” (Riwayat At Tirmizi).... Semoga itu hanya perasaanku saja... (ampuni aku ya Allah)
Kata-kata “.... NEVER END” dan “APA YANG AKU LAKUKAN TAK SEBERAPA DENGAN PERJUANG KALIAN.. AYO KITA LANJUTKAN PERJUANGAN INI” yang aku maksudkan untuk penyemangat kitapun tak sampai pada tujuan..
Semoga gaung yang digembor-gemborkan sang kepala sekolah akan bersemi kembali dan kita dijadikan sebagai orang yang beruntung dan bermanfaat untuk orang lain............. Amin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar